Indonesia berupaya turunkan prevalensi "stunting" perbaiki SDM

id stunting, stanting, masalah gizi kronis, tinggi badan kurang pada anak, postur tubuh tidak sesuai dengan pertumbuhan semestinya

Indonesia berupaya turunkan prevalensi "stunting" perbaiki SDM

Komitmen kepala daerah turunlan prevalensi stunting. (Foto Antarasumsel.com/16/Yudi Abdullah)

...Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi dari negara-negara lain Asia Tenggara...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Pemerintah berupaya menurunkan prevalensi nasional tinggi badan kurang pada anak (stunting) untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia agar memiliki daya saing tinggi.

"Sekarang ini Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi `stunting` atau memiliki masalah kurang gizi kronis, masalah ini perlu diatasi secara bersama oleh kepala daerah terutama yang memiliki angka prevalensi stunting yang cukup tinggi," kata Direktur Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat Untuk Mengurangi Stunting dari Millenium Challenge Account Indonesia (MCA) Indonesia Minarto pada acara peringatan Hari Gizi Nasional ke-56 di Kayu Agung, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumsel, Rabu.

Riset kesehatan dasar pada 2013 mencatat prevalensi stunting nasional mencapai 37,2 persen, meningkat dari tahun 2010 sebesar 35,6 persen.

Berdasarkan hasil riset tersebut berarti pertumbuhan tidak maksimal diderita oleh sekitar sembilan juta anak Indonesia atau satu dari tiga anak Indonesia.

Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi dari negara-negara lain Asia Tenggara seperti Myanmar 35 persen, Vietnam 23 persen dan Thailand 16 persen.

Stunting atau masalah kurang gizi kronis yang dapat mengakibatkan postur tubuh anak tidak maksimal saat dewasa bukan merupakan faktor keturunan dan dapat dilakukan pencegahan.

Untuk menurunkan prevalensi stunting, selain memerlukan perhatian yang besar dari kepala daerah juga diharapkan partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat menggalakkan kegiatan pencegahan.

Kegiatan pencegahan yang bisa dilakukan di antaranya pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil.

Kemudian menggalakkan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif sampai usia enam bulan, memantau pertumbuhan balita, serta meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, katanya.

Sementara Bupati Ogan Komering Ilir Iskandar seusai acara tersebut menjelaskan dengan menggalakkan kegiatan pencegahan kabupaten yang dipimpinya itu berhasil menurunkan prevalensi stunting atau masalah kurang gizi kronis.

Prevalensi stunting kabupaten itu sebelumnya berada pada angka 40,5 persen atau di atas rata-rata nasional 37,2 persen namun kini bisa ditekan menjadi 34 persen, kata Bupati.